Mati Muda Sendirian Menjadi Kekhawatiran yang Serius di Jepang
Sebuah kasus muncul di survei “Be Between” dalam koran Asahi Shimbun edisi 28 Januari. Seorang pegawai di usia 30 tahunan tidak pernah berkabar setelah 3 hari tidak masuk ke kantor. Perusahaannya kemudian meminta pengecekan ke tempat tinggalnya, namun sayang sang pegawai ternyata sudah meninggal karena terkena stroke.
Related
Profesor dari Universitas Dokkyo, Yasuhiro Yuuki menjelaskan salah satu faktor yang mendorong terjadinya fenomena ini. “Di antara faktor-faktor yang mengacu kepada mati sendirian di antara orang muda, banyaknya ‘freeters’, atau orang yang bekerja dengan kontrak, atau mereka yang dipekerjakan sebagai pembantu sementara menjadi salah satunya. Bahkan bila mereka tidak masuk kerja selama beberapa hari berturut-turut, perusahaan tidak akan memikirkannya. Melihat bagaimana mereka tidak peduli dengan pekerja non-tetap yang tidak bisa mengerjakan tugasnya karena keadaan fisik yang susah, rasanya mereka juga tidak peduli kalau pekerjanya mati.”
“Hal lain yang membuat masalah ini adalah banyaknya orang dewasa yang hanya memiliki anak tunggal, dan orang-orang itu terbiasa hidup sendirian.” tambah Yuuki. “Orang lain merasa puas dengan hubungan yang dangkal saja. Mereka tidak pandai berkomunikasi, dan tidak aneh bila makin banyak anak muda yang tidak bisa menyampaikan perasaan, atau mencari bantuan dari orang lain. Pada awalnya, mungkin hanya masalah mereka tidak bisa membayar sewa apartemen, lalu pola makan menjadi tidak teratur dan hal ini mengacu kepada masalah kesehatan mereka, mereka tidak bilang apa-apa ke teman, apalagi pada keluarga.”
Sumber : Japan Today
0 Response to "Mati Muda Sendirian Menjadi Kekhawatiran yang Serius di Jepang"
Post a Comment